Bogor-passNEWS.ID | Bukan di tanah leluhur Samosir, bukan pula di Tarutung. Kali ini, Cibubur, Bogor — simpul baru multikulturalisme urban — dipilih menjadi tempat sebuah tonggak sejarah ditegakkan.
Di Rumah Makan Kampung Parahyangan, Kota Wisata, pada Senin, 12 Mei 2025 mendatang, akan digelar perhelatan bersejarah: pelantikan pengurus nasional Punguan Pomparan Ompu Sohatahian Simanjuntak, Boru & Bere se-Indonesia.
Bukan sekadar pesta adat, bukan pula perayaan keluarga biasa. Ini adalah upaya sungguh-sungguh untuk merajut kembali jalinan darah dan budaya yang mulai renggang oleh zaman, urbanisasi, dan jarak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tarombo: Bukan Sekadar Silsilah
Bagi masyarakat Batak, tarombo bukan sekadar deret nama leluhur. Ia adalah peta sejarah, identitas yang melampaui sekadar akta lahir, serta navigasi sosial, budaya, dan spiritual.
Bagi keturunan Ompu Sohatahian Simanjuntak, pelantikan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kembali akar yang perlahan mulai tercerabut. Puncaknya, perwakilan pomparan Ompu Sohatahian Simanjuntak yang hadir akan melihat proses Penandatanganan Bersama Tarombo Ompu Sahunu Simanjuntak— simbol pengakuan atas ikatan darah yang tidak pernah terputus.
Pelantikan sebagai Titik Kebangkitan
Ketika dunia sibuk berbicara tentang digitalisasi, orang Batak tetap bertanya: “Siapa leluhurmu? Siapa cucu-cicitmu?”
Bukan sekadar romantisme masa lalu, melainkan bentuk perlawanan terhadap lupa — pernyataan bahwa modernitas tak perlu mengorbankan akar budaya.
Ketua panitia menegaskan, acara ini bukan hanya pelantikan pengurus. Ini adalah deklarasi kebangkitan punguan sebagai gerakan budaya dan sosial.
Visi itu dirangkum dalam akronim HITA: Hormat, Identitas, Tarombo, dan Aksi.
Boru dan Bere:
Yang istimewa dari punguan ini, semua boru dan bere — perempuan dan keturunan dari garis ibu — hadir bukan sebagai pelengkap, melainkan sebagai inti.
Dalam budaya Batak, tak ada pelantikan tanpa boru, tak ada doa adat tanpa ulos yang dibentangkan di tangan-tangan perempuan.
Punguan ini ingin menegaskan: dalam menjaga budaya, tidak ada yang sekadar menjadi penonton. Semua adalah penjaga warisan.
Dari Cibubur Kabupaten Bogor untuk Nusantara
Pemilihan Cibubur Kabupaten Bogor bukan tanpa makna. Kota Wisata, dengan keragamannya, mencerminkan wajah masa depan Indonesia: urban, multikultural, namun tetap berpijak pada akar budaya.
Sebuah pertunjukan budaya dan persaudaraan akan terjadi: dengan musik, ulos, doa adat, dan makan bersama. Tapi yang lebih penting dari semua itu, adalah hadirnya semangat baru: bahwa orang Batak bisa maju tanpa kehilangan akar, dan bisa bersatu tanpa kehilangan warna.
Acara ini bukan hanya seremoni pelantikan. Ini adalah pengingat: darah yang sama tidak boleh saling melupakan, dan di balik setiap nama Simanjuntak, mengalir sejarah panjang yang harus diteruskan.
Maka, jika Anda mendengar suara gondang bergema dari arah Cibubur pada 12 Mei 2025, ketahuilah: itu bukan sekadar alunan gendang. Itu adalah panggilan dari para leluhur — sekaligus ajakan bagi kita semua untuk tak pernah lupa pada pohon tempat kita berasal.
Horas hita sude!